Mengenal Bahaya Hipotermia dan Cara Mencegahnya

Mendaki gunung adalah kegiatan yang menarik dan banyak digemari namun memiliki banyak resiko dan tantangan, seperti cuaca buruk, suhu dingin, tersesat, kehabisan perbekalan, binatang liar dan masih banyak lagi.

Pengetahuan yang kita miliki dan kelengkapan peralatan yang kita bawa merupakan bagian dari cara untuk meminimalisir resiko tersebut, salah satu resiko terbesar buat para penggiat alam bebas terutama saat mendaki gunung adalah hipotermia.

Hipotermia adalah kondisi ketika panas tubuh yang dihasilkan lebih rendah daripada panas yang hilang, suhu normal tubuh manusia berada di antara 36,5°C hingga 37,5°C, di luar suhu tersebut respon untuk mengatur suhu akan aktif untuk menyeimbangkan produksi panas dalam tubuh, dan ketika suhu bagian dalam tubuh di bawah 35°C, maka saat itu kita masuk dalam kondisi hipotermia.

Hipotermia bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya:

  • Tidak menggunakan pakaian yang cukup hangat
  • Terlalu lama berada di tempat dingin dan memakai pakaian basah terlalu lama, bahkan pendingin ruangan yang disetel terlalu dingin bisa menyebabkan hipotermia
  • Kondisi langsung kontak dengan air yang dingin,  kontak dengan air yang dingin bisa dengan cepat menghilangkan panas pada tubuh, saat tubuh suhunya turun drastis maka jantung dan sistem saraf serta organ tubuh lainnya tidak dapat bekerja dengan baik, dan tanpa penanganan yang benar kondisi ini bisa menyebabkan gagal jantung, rusaknya sistem pernapasan, dan yang paling berbahaya adalah kematian

Pertolongan pertama pada penderita hipotermia adalah dengan menghangatkan tubuh penderita agar suhu tubuh kembali normal.

Hipotermia bisa dibilang merupakan salah satu musuh terbesar para pendaki karena bisa terjadi pada siapa aja, baik pendaki pemula maupun yang sudah punya pengalaman bertahun-tahun.

Seperti yang dikisahkan dalam film Everest, film tersebut diangkat berdasarkan kisah nyata tragedi di gunung Everest 24 tahun silam, dan yang menjadi korbannya adalah para pendaki yang sudah sangat berpengalaman dan sering mendaki gunung-gunung es, tetapi karena kombinasi antara faktor resiko yang sangat besar serta kejadian alam yang tak terduga ditambah salah dalam mengambil keputusan, mereka pun akhirnya tewas karena hipotermia.

Berdasarkan klasifikasinya hipotermia dibagi menjadi 4 yaitu:

  1. Ringan (suhu tubuh 32°C hingga 35°C), gejalanya masih tetap sadar tapi menggigil
  2. Sedang (suhu tubuh 28°C hingga 32°C), gejalanya mengantuk tapi tidak menggigil
  3. Berat (suhu tubuh 20°C hingga 28°C), gejalanya tidak sadar namun tidak menggigil
  4. Fatal (suhu tubuh dibawah 20°C), gejalanya adalah hilangnya tanda vital

Banyak yang mengira bahwa hipotermia hanya terjadi di gunung-gunung dengan suhu ekstreem hingga dibawah 0°C, kenyataannya hipotermia bahkan sering terjadi di gunung yang suhu rata-ratanya jauh lebih hangat, seperti banyak contoh kejadian di gunung-gunung di Indonesia yang kebanyakan kecelakaan yang menimpa para pendaki karena terkena hipotermia, seperti yang terjadi pada tahun 2013 pada seorang pendaki remaja yang hilang saat mendaki gunung Merbabu dan bertahan selama 4 hari sebelum akhirnya ditemukan oleh warga di tepi jurang dalam keadaan sangat lemah karena mengalami hipotermia dan frostbite (radang dingin), juga kejadian pada tahun 2015 yang menimpa seorang pendaki yang tiba-tiba pingsan dan terjatuh akibat tidak kuat menahan hawa dingin puncak gunung Lawu dan masih banyak contoh kejadian lainnya.

Saat ini semakin banyak kasus kecelakaan di gunung dikarenakan banyak dari para pendaki yang menganggap remeh hipotermia, edukasi atau pengetahuan praktis tentang hipotermia masih rendah sehingga perlu adanya sosialisasi bahaya hipotermia yang lebih giat lagi. Kebanyakan informasi tentang hipotermia adalah tentang cara penanganan atau pertolongan pertama, mulai dari yang benar sampai yang asal nolong, jarang sekali ada informasi atau bacaan tentang bagaimana cara mencegah hipotermia padahal mencegah lebih baik daripada mengobati.

Cara mencegah hipotermia

Ada dua rumus yang mudah diingat untuk mencegah hipotermia, yaitu Kering dan Hangat.

Kering artinya usahakan tubuh dan pakaian kita tetap kering selama melakukan aktifitas pendakian atau berkegiatan di alam bebas, gunakan selalu pakaian baik baju atau celana yang berbahan quick dry atau cepat kering, jangan gunakan pakaian yang berbahan katun atau celana jeans karena kedua bahan pakaian ini lama keringnya dan menjadi berat ketika basah.

Pakaian yang basah dan lembab akan menyerap panas tubuh dengan cepat yang berakibat semakin lama kita memakai pakaian basah maka panas tubuh yang hilang juga semakin banyak, oleh sebab itu pastikan untuk selalu membawa rain coat atau jas hujan untuk mengatisipasi turun hujan saat di perjalanan atau di pendakian, dan setibanya di basecamp segera ganti baju dengan yang kering baik itu atasan, bawahan maupun underwear sehingga kita bisa beraktivitas kembali dan beristirahat dengan nyaman.

Rumus kedua mencegah hipotermia adalah hangat

Salah satu cara untuk menjaga badan agar tetap hangat adalah dengan istirahat yang cukup serta makan makanan yang bergizi dan minuman hangat yang punya pengaruh besar dalam produksi panas tubuh di dalam suhu dingin.

Banyak dari para pendaki yang hanya mengandalkan roti tawar dan mie instan sebagai logistik selama pendakian, padahal saat kita berada di suhu yang dingin tubuh kita lebih banyak membutuhkan makanan yang mengandung kalori, sebab pada suhu dingin tubuh kita akan lebih cepat memproses makanan untuk memanaskan tubuh, dan semakin tubuh kekurangan makanan yang mengandung karbohidrat dan kalori, tubuh akan semakin merasakan kedinginan karena kurangnya panas yang dihasilkan di dalam tubuh.

Oleh karena itu disamping makanan ringan sebagai cemilan dan teman diperjalanan, usahakan juga untuk selalu membawa beras atau nasi dan makanan yang cepat membakar kalori seperti coklat, telor asin, kacang-kacangan dan lain-lain.

Selain makanan perhatikan juga kelengkapan seperti jaket, kaos kaki, sarung tangan wol tebal, kupluk dan wind breaker yang berguna ketika kita tracking ditengah kondisi medan terbuka dan berangin kencang atau bisa juga bisa dipakai ketika beristirahat di pos-pos pendakian, sehingga panas tubuh tidak cepat hilang.

Saat tidur pakailah sleeping bag yang spesifikasinya sesuai dengan suhu gunung yang dituju, karena dengan sleeping bag yang sesuai dengan suhu gunung akan mampu mengisolasi panas tubuh ketika tidur, sehingga suhu tubuh tetap terjaga.

Demikan sedikit pemaparan tentang bahaya hipotermia dan cara mencegahnya, semoga kedepannya tidak ada lagi kasus kecelakaan di gunung yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan minimnya peralatan sehingga berakibat terkena hipotermia, karena persiapan yang matang, baik pengetahuan dan peralatan yang memadai adalah kunci sukses sebuah kegiatan di alam terbuka terutama mendaki gunung.

Related Post:
© Copyright 2021 Gumux Ranger Web Camp - All Rights Reserved | Diberdayakan oleh Blogger