Salah satu quotes terkenal dari Henry Kissinger yang menyindir kelakuan para globalis dunia adalah "Siapa yang mengendalikan pasokan pangan bisa mengendalikan rakyat, siapa yang mengendalikan energi bisa mengendalikan satu benua dan siapa yang mengendalikan uang bisa mengendalikan dunia".
Banyak orang berpikir bahwa yang mengendalikan pangan adalah para petani, tapi sayangnya sama seperti energi dan uang, pangan juga dikendalikan oleh kelompok elit yang sama. Di awal abad ke-20, Rockefeller mengakuisisi IG Farben yang mana BASF dan Bayer juga termasuk di dalamnya.
Sementara di benua Amerika melalui tangan dingin JP Morgan terbentuklah Monsanto dan United Fruit, kedua kejadian itu telah berhasil merubah wajah dunia pertanian untuk selamanya.
Lewat propaganda yang sistematis melalui berbagai media dan dunia pendidikan, kita dibuat percaya bahwa sistem pertanian yang ada sekarang dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Padahal sama seperti sistem keuangan, tujuannya hanya satu, untuk mengendalikan umat manusia agar tunduk pada tatanan dunia di bawah kaki mereka. Semua orang dibuat bekerja tanpa sadar untuk melayani kepentingan para elit ini.
Kenapa kebanyakan orang tidak peduli ? karena kebanyakan orang maunya hanya praktisnya saja tanpa pernah berpikir kritis tentang apa dampak dan akibat yang akan ditimbulkan.
Mari kita ambil contoh yang paling sederhana
Kita semua mengenal pupuk urea, yang dalam setiap kemasan urea tertulis komposisi nitrogen yang terkandung dalam satu saknya, umumnya jumlahnya adalah 46%, yang artinya dalam satu sak urea ini terdapat 46% kandungan nitrogen, tapi tak ada seorangpun yang pernah menanyakan tentang 54% sisa kandungan dari pupuk Urea ini.
Dan tak ada satupun instansi pertanian atau produsen pupuk yang pernah menjelaskan tentang ini.
Pada kesempatan kali saya akan menjelaskan kepada Anda komposisi komplit dari pupuk urea yang beredar di pasaran.
Kandungan Nitrogen sebesar 46%, kemudian kandungan kadar air atau Moisture sebesar 0,5 %, Baiuret sebesar 1%. Dan yang jarang kita ketahui, karena memang tidak tertera di kemasan urea adalah kandungan racun Amoniac sebesar 52%.
Nitrogen adalah senyawa bebas yang sulit terikat, maka dari itu dibutuhkan senyawa lain agar senyawa nitrogen ini bisa terikat dalam bentuk butiran-butiran seperti yang sering kita lihat di pasaran, maka dari itu digunakan amoniac sebagai bahan pengikat nitrogen.
Amoniac ini juga yang digunakan sebagai senjata kimia pada perang dunia pertama, jadi dalam prakteknya, sebenarnya saat kita mengaplikasikan pupuk urea, itu sama saja sedang meracuni tanah perlahan-lahan, merusak ekosistem tanah tanpa kita sadari, karena 52% kandungan amoniac akan sepenuhnya diserap oleh tanah, sementara nitrogen sekitar 5% yang terserap oleh tanaman dan sisanya habis menguap ke atmosfer saat air, biuret, tanah dan kelembaban lingkungan terbuka bereaksi memisahkan antara kandungan nitrogen dan amonic
Amoniac ini juga yang menyebabkan rasa panas saat Anda memegang pupuk sintetis berbahan nitrogen apapun mereknya dan berapapun kandungannya.
Banyak orang berpikir bahwa mustahil menjalankan dunia pertanian tanpa menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya, inilah kehebatan propaganda yang dilakukan oleh para elit lewat media dan sistem pendidikan, sama seperti sistem keuangan, kita bekerja tanpa sadar untuk melayani para globalis dunia.
Sejak Green Revolution masuk Indonesia 60 tahun yang lalu tanah-tanah di Indonesia sudah mengalami degradasi kesuburan yang sangat parah
Sepandai apapun ditutupi hal ini tetap merupakan fakta yang sulit untuk dibantah, sekarang ijinkan saya untuk membagikan sebuah konsep pertanian dari seorang cendikian muslim yang mungkin bisa menjadi solusi dari berbagai masalah pertanian di Indonesia saat ini.
simak artikelnya di -- Natural Intelegence Farming Konsep Pertanian Muslim yang di Adopsi Israel